“Hei Yoon ah,, ada apa dengan wajahmu itu??” ia lalu melirik jam tangannya, “ dan kenapa kau baru datang, kau lihat ini sudah jam berapa??” tanyanya lagi.
Kim Yoon ah tidak menghiraukan pertanyaan temannya dan langsung menuju mejanya dengan lesu.
Ji seo yang merasa di acuhkan oleh temannya itu menghampiri Yoon ah dengan kesal.
“hey…kau pikir aku ini patung..??”
“maaf,,.” Sahutnya datar. Lalu ia menghembuskan nafas panjang.
“Ada apa denganmu,,?? Ah… aku tahu… kau pasti melakukan sesuatu yang memalukan lagi… ?” tebaknya. Mengingat setiap kali Yoon ah melakukan Sesuatu yang memalukan pasti wajahnya selalu seperti saat ini.
“Hey kau pikir aku apa?.”
“ ,,, bukannya kau selalu seperti ini setiap melakukan hal-hal bodoh dan memalukan,,” katanya seraya tertawa hambar.
“hey,,, ka,,” kim yoon ah hendak membalas perkataan sahabatnya tapi tidak jadi. Ia sedang tidak berselera beradu mulut dengan Ji seo pagi ini.
“Tebakkanku benar kan??” tukas ji seo dengan penuh keyakinan.
“Bukan itu..” jawab Yoon ah. “kalung yang biasa kupakai hilang saat aku turun dari bus hilang..” jelasnya.
“Kalungmu,,?”
Yoon ah menganggukan kepalanya pelan. “dan kau tahu, kalung itu sangat berarti bagiku. Itu adalah pemberian terakhir ibuku sebelum ia meninggal..” katanya lirih.
Saat Yoon ah kecil, ibunya meninggal dunia karena kecelakaan. Mobil yang ia tumpangi bersama Yoon ah waktu itu terjun bebas ke dalam sungai. Kabar baiknya, Yoon ah selamat dalam kecelakaan maut itu. Meskipun ia sempat tak sadarkan diri untuk beberapa minggu.
Tapi tidak demikian dengan ibunya. Ia meninggal saat dalam perjalanan menuju rumah sakit. karena lukanya yang parah dan kondisinya yang sangat lemah.
Kematian ibunya, sangat membuat Yoon ah terpukul dan trauma hingga kini. Dan benda itu adalah benda yang sangat disukai ibunya. Dan Yoon ah berjanji akan menjaga benda itu. Tapi, kini ia menghilangkannya. Dan tentu ia merasa sangat sedih.
“Kau yakin tadi kau memakainya..?” Tanya Ji seo.
“aku yakin.” Jawabnya cepat. “Bagaimana ini? Benda itu….. aku menghilangkannya..”
Ji seo menatap temannya dengan kasihan. Ia tahu jelas bagaimana perasaan Yoon ah saat ini. Tentu saja, mereka sudah bersahabat sejak lama. Dan ia tahu betul betapa berartinya benda itu bagi diri Yoon ah. Karena hanya benda itu yang bisa mengingatkan dia tentang ibunya, dan membuat Yoon ah tetap merasa selalu bersama ibunya.
“Yoon ah..” panggil ji seo. “Kita pasti bisa menemukan benda itu, jadi kau tenang saja..” katanya lagi.
Dan bel tanda masuk pun berbunyi…….
***************************************************
Setelah sampai di halte bus dekat sekolahnya. Ahn jae yeon lantas bergegas turun.
saat ia hendak melangkah, kakinya tidak sengaja menginjak sesuatu. Tidak terasa seperti batu atau semacamnya.
Karena penasaran ia lalu menoleh ke bawah. Di lihatnya sebuah benda yang berkilau. Ia lalu memungutnya. Ternyata yang ia injak adalah sebuah kalung. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, barangkali ada yang sedang mencari benda ini. Tapi tidak ada. Ia berpikir sejenak.
“ehmm,,, lebih baik kuambil benda ini,,” katanya seraya memasukan benda itu ke dalam saku celananya. Ia lalu mengeluarkan iPod dan memasang earphone ke telinga, lalu berjalan menuju sekolahnya.
Saat sedang asik memainkan ponselnya, seorang gadis menabraknya dari arah berlawanan. Cukup keras. Hingga membuat ponselnya terlepas dari gengamannya dan terpental ke bawah.
Ahn jae yeon hendak meneriakinya. Tapi terhenti saat gadis itu tiba-tiba menoleh ke arah jae yeon dan menatapnya. Sesaat pandangan mereka bertemu. Dan….
Treekk..
tiba-tiba saja sebuah perasaan aneh menerjangnya. Saat pandangan mereka bertemu. Sesaat Ahn Jae yeon terdiam memandanginya. Tetapi suara gadis itu dari kejauhan menyadarkannya.
“Maaf, aku tidak sengaja..” katanya seraya membukukan badannya lalu ia kembali berlari.
Jae yeon hanya mengerjap kan matanya.
Beberapa saat Jae yeon terpaku memandangi punggung gadis itu yang semakin menjauh. Tapi ia segera memalingkan wajahnya dan tersadar.
Ia lalu mengangkat tangan kanannya, dan meletakannya di depan dada. Di rasakan debaran jantungnya. “Apa ini??” tanyanya pada diri sendiri.
Jantungnya berdebar kencang, seribu kali lebih kencang dari biasanya. Apa yang terjadi pada dirinya. Gadis itu. Mengapa saat Jae yeon menatapnya tadi…. Ia merasakan hal aneh menerjang dirinya. Hal yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.
Apa mungkin….
*************************************************************************************
Kim Yoon ah menelusuri lapangan sekolahnya, lorong kelas dan seluruh tempat yang tadi ia lewati. Tapi, kalung milik ibunya itu tidak terlihat sama sekali. Sedangkan ia dan Ji seo sudah mulai lelah seharian mencarinya.
Min ji seo menyandarkan punggungnya di kursi taman dekat sekolah. Ia lalu menghembuskan nafas panjang. “Hei yoon ah,,” panggil Ji seo. “aku lelah sekali, sebaiknya kita pulang. Kau tidak lihat hari semakin gelap.? Dan kau tahu,,, besok kita ada ujian,,” katanya lagi
Yoon ah melirik jam tangannya. Ya ampun, ia sama sekali tidak sadar telah mencari benda itu sangat lama. Dan perkataan Ji seo benar. Ia dan Ji seo harus segera pulang karena hari sudah semakin malam. Dan ia juga harus belajar untuk ujian besok.
Tapi… bagaimana dengan kalungnya. Yoon ah tidak akan tenang sebelum ia menemukan gelang itu.
“Yoon ah…” panggil ji seo lagi. “bagaimana?”
Akhirnya yoon ah memutuskan untuk menghentikan pencariannya. Ia tidak mau Ji seo lelah dan ia tidak bisa melewati ujian besok hanya karena membantu Yoon ah.
“Baiklah… lebih baik kita pulang. Aku tidak mau kau mengorbankan dirimu sendiri hanya karena membantuku..” sahut Yoon ah. Ia lalu bangkit dari duduknya.
Ji seo pun mengikutinya dan mereka pun pulang.
Sesampainya di rumah, yoon ah langsung masuk ke dalam kamarnya. Ayah dan neneknya yang sedang duduk di ruang tamu heran melihat Yoon ah pulang tanpa mengucapkan salam seperti yang biasa ia lakukan. Tapi mereka hanya membisu
Yoon ah menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur. Ia lalu mendesah berat dan menghembuskan nafas panjang.
Ia lalu meraih sebuah foto yang selalu ia selipkan di balik bantalnya. Itu adalah foto ibunya.
“ibu..” katanya pelan pada foto itu. “maafkan aku. Seharusnya aku menjaga benda itu.” katanya lagi.
Air matanya pun jatuh. Mungkin bagi orang lain itu hanyalah sebuah kalung, tapi bagi Yoon ah itu adalah bagian dirinya. Benda itu lah yang selalu membuat selalu merasa bersama ibunya. Karena hanya itulah benda terakhir yang diberika ibunya padanya di hari itu. Sebelum kecelakaan maut itu. Dan kini ia mengjilangkan benda itu.
Mungkin terasa berlebihan sesorang menangis hanya karena sebuah kalung. Namun bagi diri Yoon ah, kalung itu adalah segalanya.