Eun Woo : “hai eun seok. Apa kau ada waktu ? aku ingin bertemu denganmu, kau dimana ?”
Eun Seok : “tentu, aq sedang di restoran paman Kim, kebetulan aq juga ingin bertemu denganmu”
Eun Woo : “baiklah” ( menutup telepon )
Eun Seok sangat gembira, karena dia mengira eun woo jg mengingat hari jadiannya ini ( Eun Woo datang ). “eun woo..!” panggil eun seok dengan gembira. Mereka kemudian duduk dan bicara.
“hey, apa kau tahu sekarang hari apa ?” ucap eun seok dgn antusias. “emm ? memangnya ada apa ?” Tanya eun woo bingung. “kau ini lupa, atau benar – benar tidak tau ?” kata eun seok dgn sedikit kesal. “eh, kenapa mukamu tiba – tiba berubah seperti itu ? a..apa aq melakukan kesalahan ?” ucap eun woo dgn sedikit khawatir. “eun woo… kau belum menjawab pertanyaanku”. “emm, sekarang.. Hari.. senin kan ?” kata eun woo dgn ragu – ragu. “koh eun woo..!!” teriak eun seok kesal. “eh ? kenapa kau berteriak seperti itu ? kau membuat kita berdua malu” bisik eun woo sambil melihat sekeliling. “bagaimana bias kau melupakan hari...”. “jadian kita kan ? ehem, bagaimana bs aq melupakan itu” potong eun woo. “huh, a q piker kau sudah lupa. Kenapa kau bersikap seperti itu, itu sungguh membuatku kesal” ucap eun seok dgn cemberut. Setelah mereka selesai makan, eun woo ingin membicarakan sesuatu yg serius.
“mm, eun seok... aq ingin bicara sesuatu denganmu” kata eun woo dgn serius. “hmm ? kau mau bicara apa ? katakana saja” . “bagaimana... kalau,.. kita akhiri saja hubungan kita ?”. “uh ? apa ? apa... yg kau katakana tadi ? berakhir ? tapi...” ucap eun seok dgn sedih. “kau, jangan salah paham dulu. Aq bukannya sudah tidak mencintaimu, tp... hhh, aq harus pergi”. “pergi ? apa maksudmu ?”. “aq harus pergi ke Sydney untuk meneruskan kuliahku disana, aq benar – benar minta maaf. Kurasa aq akan pergi untuk waktu yg cukup lama” kata eun woo. “berapa lama kau akan pergi ? bukankah, aq masih bias menunggumu ?”. “aq akan pergi mungkin selama 2 thn, atw mungkin lebih. Kurasa kau tdk perlu menungguku, aq tidak ingin mengganggu hidupmu. Emm, hey jgn sedih. Aq ingin memberikan sesuatu padamu” Eun Woo berdiri dibelakang Eun Seok dan memasang sebuah cincin yg dikalungkan pada Eun Seok. Eun Seok melihat cincin itu dan bertanya, “apa ini ?”. “ha ? apa kau tidak tau itu apa ? tentu saja itu adalah sebuah cincin” kata Eun Woo sambil tersenyum utk menutupi kesedihannya. “tentu saja aq tau, maksudku... untuk apa ?”. “emm, aq hanya ingin menghadiahkan itu padamu, sebagai hadiah jadian kita tahun kedua ini. Kuharap, kau bisa mengingat hari dimana kita bahagia”. “Eun Woo....” Eun Seok justru semakin sedih dgn pemberian Eun Woo itu. “emm, kurasa aq harus pergi. Aq ada urusan lain, maaf jika... aq mengakhiri hubungan kita seperti ini. Sampai jumpa, eun seok” Eun Woo pun pergi dengan cepat, setelah menaiki motornya Eun Woo melihat keatas dan meneteskan air matanya.
Eun Seok terdiam beberapa saat setelah Eun Woo pergi dan melihat kebawah. Eun Seok tidak bs menahan kepedihannya dan menangis saat itu juga. Tiba – tiba, handphonenya berdering, ternyata Bok Gu, sahabatnya menelepon Eun Seok.
Bok Gu : “hey, bagaimana rencana kejutanmu ? apa berjalan sukses ?” Tanya bok gu dgn ceria.
Eun Seok terdiam dan menahan tangisnya.
Eun Seok : “Bok Gu,... apa... kau bisa kesini sekarang ?”
Bok Gu : “ah ? hey, apa... terjadi sesuatu ?”
Eun Seok hanya diam dan segera menutup teleponnya.
Bok Gu : “eh ? Eun Seok ? ah, kenapa kau menutup teleponmu...”
Bok Gu segera menyusul Eun Seok ke restoran Gwan ( restoran milik paman Eun Seok, Paman Kim ). Bok Gu mencari – cari Eun Seok, tp tidak menemukannya.
Paman Kim : “hey, bok gu. Apa yg terjadi pada Eun Seok ? ini pasti ulahmu lagi kan ?!”
Bok Gu : “ahh, paman kenapa kau selalu menyalahkan aq ketika Eun Seok mendapat masalah ?!”
Paman Kim : “itu karena kau memang pembuat masalah kan, kenapa kau tidak menyadari itu ?!”
Bok Gu : “ah ? benarkah ? wah, paman. Kau benar – benar keterlaluan, aq ini kan pria yg sangat baik terhadap semua org... kenapa kau bisa beranggapan seperti itu ?”
Paman Kim : “wah, benarkah ? oh, kenapa aq tidak pernah melihatmu seperti itu ya ?”
Bok Gu : “hah, sudahlah paman. Ngomong – ngomong, kemana Eun Seok ? aq harus segera menemuinya”
Paman Kim : “emm, dia sudah pergi setengah jam yg lalu, aq jg tidak tau dia pergi kemana, kau carilah sendiri”
Bok Gu : “hhh, baik.. baik.. paman ini memang benar – benar pelit” ucap Bok Gu sambil berlari pergi.
Paman Kim : “hey, apa kau bilang ?! awas kau ya, kalau kembali lagi !”
Bok Gu kelimpungan mencari Eun Seok, dia menelepon Eun Seok berkali – kali, tp tidak pernah diangkat. Bok Gu terpikir untuk mencarinya di tempat saat Eun Woo menyatakan perasaannya pada Eun Seok, yaitu tepat di bawah jembatan sungai Han. Dugaan Bok Gu ternyata benar, Eun Seok sedang menangis di pinggir sungai itu. “hhh, kau ini, kenapa membuatku sulit untuk mencarimu ? hey, kenapa kau disini ? terjadi sesuatu ?” Tanya Bok Gu sambil menatap Eun Seok yg tertunduk menangis. Eun Seok tiba – tiba memeluk Bok Gu, “Bok Gu, aq tidak ingin berpisah... aq tidak ingin berpisah dengannya...” ucap Eun Seok sambil menangis. “A..apa ? siapa yg kau maksud ? Eun Seok, apa...” belum sempat berbicara dgnnya, tiba – tiba Eun Seok pingsan. “Eun Seok ? Eun Seok ? apa kau tidak apa – apa ? hey..!”. Bok Gu langsung menggendong Eun Seok dan membawanya pulang dgn mobilnya.
Keesokan paginya, saat Eun Seok terbangun, Ia benar – benar lupa dgn yg terjadi semalam. “aduh, kepalaku... Min Ah..! apa kau ada di rumah ?” panggil Eun Seok pada adiknya, Min Ah. “Kakak ?! kau sudah bangun ? bagaimana keadaanmu ?” kata Min Ah dengan khawatir. “aku tidak apa – apa, apa yg terjadi semalam ?”. “Ah ? apa... kakak tidak ingat apapun ?”. “emm... entahlah, sepertinya aq tidak ingat”. “Wah, kakak ini, bahkan kakak tidak ingat diantar pulang oleh seorang pria tampan dan baik hati itu ?”. “umm ? pria tampan... dan... baik hati ? siapa yg kau maksud itu ?” Tanya Eun Seok penasaran. “Hah ?! bahkan dgn pria seperti itu kakakpun lupa ? hahh, kepala kakak pasti sudah terbentur semalam... ckckck... emm... siapa ya namanya, kalau tidak salah... umm, Bok... ah, Bok apa ya ? emm... Bok...”. ‘bak bok bak bok..... Bok Gu maksudmu ?”. “ah, iya ! itu dia ! kak Bok Guy g mengantarmu pulang”. “Bok Gu...?”.
Eun Seok masuk ke kamar mandi dan menyikat giginya, Eun Seok berusaha mengingat apa yg terjadi semalam. “emm... sebenarnya apa yg terjadi semalam ya ? Bok Gu mengantarku pulang... tapi...” belum sempat selesai bergumam, teleponnya berdering, ternyata Bok Guy g menelepon. “mmm... Bok Gu ?”. “Hey, bagaimana keadaanmu ? sudah membaik ?”. “memangnya apa yg terjadi padaku semalam ?” Tanya Eun Seok bingung. “Heh, apa semalam kau mabuk ?! bagaimana bisa kau tidak ingat apapun ? hhh, malah bertanya padaku... pikirkan sendiri !” Bok Gu menutup teleponnya. “uh ? Bok Gu ?! hahh... kenapa malah ditutup ?! huuhh... memangnya apa yg terjadi semalam ?” Eun Seok melanjutkan menyikat giginya, dan dia baru menyadari kalung cincin yg dipakainya. “Ini...” Eun Seok akhirnya mengingat semuanya dan menelepon Bok Gu.
Bok Gu : “Ada apa lagi ?”
Eun Seok : “aku... sudah ingat... semalam...”
Bok Gu : “mmm... kau sudah mengingat semuanya, lalu ?”
Eun Seok : “Eun Woo... memutuskan....”
Bok Gu : “Hubunganmu dengannya kan ? aku sudah tau”
Eun Seok terdiam, tp Bok Gu meneruskan bicaranya.
Bok Gu : “Tidak perlu memikirkan orang yg tidak bertanggung jawab seperti dia. Masih banyak yg harus kau lakukan daripada harus memikirkannya sepanjang hari. Lagipula, apa yg kau pikirkan pasti hal – hal yg tidak penting”
Eun Seok : “apa ?!”
Bok Gu : “ah, tidak. Tidak ada apa – apa. Kau jangan lupa, hari ini kita harus mendaftar di Universitas. Kutunggu kau, samapi jumpa”
Eun Seok : “Uh ? e... hey ! hah, selalu seperti itu, kenapa dia selalu menutup telepon sebelum org selesai bicara ?! hahh... dasar menyebalkan !”
Eun Seok selesai mandi dan pergi ke dapur, dia melihat adiknya, Min Ah sedang sibuk di dapur. “hmm... tidak biasanya kau pegi ke dapur untuk memasak, apa yg kau lakukan ?”. “Ah, kakak aku sedang memanaskan ini” kata Min Ah. “uh ? apa itu ?”. “Mana aku tahu”. “he ?kau ini apa – apaan, memasak sesuatu tapi tidak tau apa – apa, hahh.. kau memang adik yg sangat bodoh”. “haiisshh, ini adalah makanan yg diberikan oleh kakak tampan itu, jadi mana aku tahu” kata Min Ah dgn kesal. “sudah kubilang namanya Bok Gu, bukan ‘kakak tampan’ , apa kau tuli ?”. “hey, aku ini sedang memuji pacarmu, kenapa kau malah mengatakan aku ini tuli dan bodoh sih ?!” teriak Min Ah dgn kesal. “hah, iya iya... terserah padamu saja. Lagipula dia itu bukan pacarku, makanya jgn asal bicara” kata Eun Seok sambil berjalan dan duduk di meja makan. Tiba – tiba dia teringat dgn Eun Woo ‘mantan’ pacarnya itu. “oh ?! jadi, dia bukan pacarmu ? haa.. kakak ! kenalkan aku padanya ! mungkin saja dia itu jodohku kan ? wah... tapi dia belum punya pacar kan ?” Eun Seok tidak menghiraukan ocehan adiknya karena melamun. “Kakak !!”. “uh ?”. “apanya yg ‘uh ?’ kenalkan aku pada kak Bok Gu, yah ?!”. “emm... itu... makananmu,, hangus...”. “ah ? makanan... oh, makananku..!” Eun Seok segera bergegas pergi untuk mengurus pendaftaran masuk ke Universitas.
Di Universitas Pyeong Dong, Bok Gu sudah menunggunya, disinilah mereka akan kuliah. “hey, lobak !” panggil Bok Gu pada Eun Seok. Eun Seok sering dipanggil Bok Gu dgn sebutan ‘lobak’ karena sewaktu SD, Eun Seok bermain drama dgn kostum lobak yg sangat lucu , belum lg dgn wajahnya yg putih seperti lobak. “aish, kenapa dia masih memanggilku dgn sebutan seperti itu ?!” gumam Eun Seok sambil tertunduk karena malu. “hey ! jangan pernah memanggilku dgn sebutan lobak lagi ! kau sungguh membuatku malu !” omel Eun Seok. “kenapa ? kau ini sangat lucu, mirip dgn lobak, kurasa kau sangat pantas mendapat julukan itu” ledek Bok Gu dgn menahan tawanya. “Bok Gu ! hah, sudahlah... ayo kita pergi”.
Di lain tempat, Eun Woo sedang berada di gedung atas rumah sakit bersama dgn sahabatnya, Kang In. “hey, apa yg sebenarnya kau pikirkan ? sepertinya, kau sedang mempunyai masalah, ceritakan padaku”. “emm... kang in, jika... kau ditinggalkan oleh org yg sangat kau cintai, apa yg akan kau lakukan ?” Tanya Eun Woo dgn wajah muram. “hmm ? emm, tentu saja aku akan sangat sedih, tapi jika org itu meninggalkanku dgn alasan yg bisa kumengerti, tentu aq akan berusaha melepaskannya” jawab Kang In dengan memandangi wajah Eun Woo, tapi Eun Woo tdk menyadarinya. “lalu, bagaimana jika kau yg meninggalkan org yg kau cintai ?” Eun Woo memalingkan wajahnya dan melihat Kang In, tapi Kang In justru langsung memalingkan wajahnya dan melihat ke langit. “aku tidak akan pernah meninggalkannya walau apapun yg terjadi, karena cinta sejati mungkin tdk akan datang untuk kedua kalinya”.
Eun Seok dan Bok Gu sedang melihat – lihat kampusnya, sampai ada 3 orang gadis yg berteriak memanggil nama Bok Gu dari kejauhan. Mereka adalah Mi Nam, Mi Nyu, dan Miranda, mereka adalah trio penggemar Bok Gu sejak masih duduk di bangku SMU. “hhh... tidak kusangka 3 org itu masih saja mengikutiku, kupikir, mereka sudah mendapat pujaan hati baru mereka” tawa Bok Gu dgn bangga yg mempunyai fans. “oppa Bok Guu...!!” teriak ketiga org itu, yg sering disebut sebagai “Bok Gu’s Fans” yg baru terdiri dari Mi Nam, Mi Nyu, dan Miranda. “hah, baru mempunyai 3 org fans saja kau bangganya sudah selangit, dasar bodoh” tawa Eun Seok. Kata bodoh yg diucapkannya terdengar oleh Bok Gu’s Fans, dan mereke memarahi Eun Seok. “hey..! apa yg kau bilang tadi ?! kau mengatakan Bok Gu bodoh ?! kau..!!” kata Mi Nyu, sang leader kesal. “ahah, tidak... aku tidak mengatakan dia bodoh, aku hanya...” belum sempat Eun Seok selesai bicara, Bok Gu membisikkan sesuatu padanya. “baru dimarahi seperti itu saja kau sudah ciut pada penggemarku, lobak... lobak...” tawa Bok Gu menggodanya. “iya..! aku memang menyebitnya bodoh, memangnya kau keberatan ?!” lanjut Eun Seok, balik memarahinya. “apa ?! kau..!!”. “kenapa ?! memangnya kau pikir kau itu siapa ?! kau bukan pacarnya, kau bukan sepupunya, kau juga bahkan bukan sahabatnya”. Eun Seok sangat memancing amarah mereka bertiga, sampai sangat marah. “Cha Eun Seok..!!” teriak mereka bertiga. “uh, ka...kalian... mau a..apa..?? hey, tunggu menjauh dariku..!” mereka bertiga terus memandangi Eun Seok dgn penuh amarah, dan mendekatinya. “tuh kan, apa kubilang... cepatlah lari, jika kau tidak mau dicabik – cabik, itu... hanya saranku saja” bisik Bok Gu pada Eun Seok. “kau..!” pandang Eun Seok pada Bok Gu dgn marah, setelah itu Eun Seok dikejar – kejar oleh para Bok Gu’s Fans. “hey..!! jangan kaburr..!! ayo kita kejar..!” teriak para Bok Gu’s Fans.
Bersambung....
Story In FB by : Novia Sukmasari
di tunggu lanjutannya..
ReplyDeleteokkok....
ReplyDeletelanjutannya udh ada seh, tp males ngetiknya aja...
hehehe ^^v